Thursday, 3 May 2012

MOE Menjadi Orangtua Efektif Dalam Praktek

Thomas Gordon bersama Judith Gordon Sands.

Metode Menjadi Orangtua yang Efektif (MOE) belum banyak dikenal. Ada pelatihan yang bisa diikuti oleh orangtua mengenai bagaimana menjadi orangtua yang efektif, yaitu pelatihan MOE. Pelatihan MOE membantu banyak orangtua mendapatkan perspektif baru dalam banyak hal. Pelatihan ini memberi para orangtua kemampuan yang dapat mereka gunakan untuk mengatasi masalah sehari-hari mereka dengan lebih efektif.

Jika orangtua ingin menjadi efektif dalam menggunakan metode-metode yang telah mereka dapatkan, mereka harus memahami dahulu model teoritis yang dijadikan dasar pelatihan MOE. Orangtua perlu mengetahui kapan menggunakannya dan mengapa. Kemampuan ini memerlukan dasar-dasar tertentu tentang hubungan antarmanusia.

Salah satu kepercayaan yang paling banyak dianut mengenai menjadi orangtua adalah bahwa orangtua harus konsisten. Namun, sesungguhnya orangtua tidak perlu menjaga/ bersikap supaya tetap karena ada satu konsep yang disebut "tingkat penerimaan". Dengan konsep ini orangtua bisa memahami bagaimana mereka mau tidak mau tidak dapat konsisten. Semua orangtua akan mengalami inkonsistensi dalam sikap dan perilaku kepada anak-anak mereka karena dipengaruhi 3 hal: suasana hati; karakteristik anak; dan lingkungan. Demikian halnya juga dengan prinsip bahwa kedua orangtua harus selalu menunjukkan perasaan dan tindakan yang sama kepada anak-anak mereka. Konsep ini lebih merupakan pengingkaran terhadap perasaan sendiri. Artinya jika Anda harus tidak menyetujui suatu perbuatan anak Anda karena ayahnya tidak suka padahal Anda dapat mentolerirnya, itu berarti Anda mengingkari perasaan Anda dan bersikap tidak jujur kepada Anak. Karena itu, biarkan si Ayah menangani kelakuan anak tersebut.

Konsep pokok dalam model MOE adalah prinsip kepemilikan masalah. Tingkat kepentingannya tidak boleh dilebih-lebihkan. Begitu banyak orangtua merasa bertanggungjawab untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Pada saat masalah sesungguhnya milik anak, orangtua sering tergoda untuk masuk dengan dalih ikut bertanggungjawab untuk memecahkannya, lalu menyalahkan diri sendiri ketika ternyata mereka tidak berhasil. Program pelatihan MOE menawarkan kepada orangtua sebuah alternatif untuk membantu anak-anak mereka: biarkan anak mempunyai masalahnya dan menemukan sendiri penyelesaiannya.

Apabila perilaku anak menyebabkan orangtua mendapatkan masalah, orangtua harus menggunakan seperangkat ketrampilan yang berbeda, yaitu: ketrampilan yang akan efektif dalam mengusahakan perubahan pada anak sehingga perilaku yang tidak dapat diterima itu ditinggalkannya.

Banyak orangtua yang menganggap bahwa berbicara kepada anak yang sedang menghadapi masalah adalah dengan mengatakan sesuatu kepada anak. Sesungguhnya, lebih tepat kalau orangtua belajar untuk tidak berbicara dan sebaliknya harus mulai belajar mendengar. Dalam hal ini, jika orangtua lebih banyak berbicara yang terjadi adalah orangtua melakukan hal-hal yang menjadi pembuntu komunikasi, yaitu memberi perintah, mengingatkan, sok moralis, memberi nasehat, menggurui, mengkritik, mengejek, menganalisis, memuji, membesarkan hati, mengusut, atau mengalihkan perhatian. Reaksi atau tanggapan tersebut sering menghalangi komunikasi lebih lanjut dengan anak. Reaksi ini juga bisa menimbulkan efek yang menjatuhkan harga diri anak, selain merusak hubungan antara orangtua dan anak sendiri. Namun demikian, tindakan atau pesan yang dapat membuntukan komunikasi tersebut tidak selalu menghalangi komunikasi, menjatuhkan harga diri anak atau merusak hubungan mereka karena adakalanya anak tidak merasakan hal tersebut sebagai suatu halangan atau karena mereka sedang mengalami kebersamaan yang menyenangkan. Sekali-kali pada kesempatan tertentu, ajukanlah pertanyaan yang "berujung terbuka". Pertanyaan jenis ini jarang menghambat komunikasi. Namun, sebaiknya pertanyaan yang diajukan jangan bersifat mengusut atau bertujuan menyalahkan anak karena jika demikian pertanyaan tersebut akan menjadi pembuntu komunikasi.

Banyak orangtua beranggapan bahwa ketika anak-anak mengalami kesulitan, kesal takut, bingung, sedih atau ada kebutuhan lain yang tidak terpenuhi, anak-anak membutuhkan informasi atau fakta yang berupa penjelasan dari orangtuanya. Namun, kadang kala ini dapat membuntukan komunikasi karena pada saat-saat demikian anak tidak siap menyerap logika, atau anak menolak mendengarkan sesuatu yang sudah mereka ketahui. Oleh karena itu, pada saat demikian sebaiknya orangtua menjadi pendengar yang baik. Biarkan anak mengungkapkan masalah atau perasaannya.

Ada 4 kecakapan mendengar, yaitu mendengar pasif (diam), tanggapan mengiyakan, pembuka pintu atau ajakan (untuk bercerita), dan mendengar aktif. Teknik yang paling efektif adalah mendengar aktif. Di sini, tanggapan verbal dari si pendengar merupakan pantulan-pantulan dari pesan anak yang sebelumnya. Mendengar aktif berarti tidak diam (mendengar pasif) melainkan memberi tanggapan yang merupakan pantulan balik pesan si pencerita (anak). Dengan didengarkan secara aktif, anak dapat mengungkapkan perasaan atau emosinya sehingga ia merasa ringan. Selain itu, anak-anak akan belajar dari reaksi orangtua bahwa perasaan sungguh ramah, tidak jahat atau menakutkan. Merasa didengar dan dipahami oleh orang lain adalah sesuatu yang membahagiakan sehingga pada waktu anak mengungkapkan perasaannya anak merasakan bahwa orangtua menyayanginya. Dengan mendengar secara empati, seseorang dapat memahami orang lain dan menghayati keunikannya. Dengan demikian, mendengar melahirkan perasaan diperhatikan dan disayang. Hal ini akan mempunyai dampak positif, yaitu anak-anak akan lebih mendengarkan pesan orangtua mereka bila orangtua bersedia lebih dahulu mendengarkan mereka. Karena mendengar aktif akan membantu seorang anak berpikir sendiri dan menemukan pemecahannya maka anak lebih mampu mengusai diri, lebih bertanggungjawab, dan mandiri. Karena itu, orangtua akan belajar mempercayai anak dan menerima perasannya. Jika sudah terbiasa, orangtua bisa terlepas dari beban perasaan bahwa orangtua harus menyediakan solusi yang benar bagi anak. Keuntungan lainnya adalah orangtua dan anak akan menjadi pribadi yang terpisah dan orangtua tidak harus menjadi "orangtua super".

Teori MOE secara eksplisit mendukung sikap tegas orangtua kepada anak-anak apabila perilaku mereka menyebabkan orangtua bermasalah, tetapi juga menawarkan ketrampilan khusus, yang akan membantu mereka bersikap tegas secara jauh lebih efektif dan konstruktif. Dalam hal ini konsep "Pesan Kamu" dan "Pesan Aku" akan membantu orangtua berkomunikasi dengan anak. "Pesan Kamu" lebih mengacu ke anak ketimbang ke orangtua (biasanya menyalahkan, menegur, atau memarahi) sehingga semuanya merupakan pembuntu komunikasi. Pesan Kamu selalu berorientasi kepada anak, bukan kepada orangtua. Setiap kali orangtua melakukan "Pesan Kamu", selalu memberikan bobot yang berat pada "kamu" meskipun dengan kadar yang berbeda-beda. Dampak Pesan Kamu terhadap anak-anak yaitu: menolak mengubah perilaku apabila diperintah untuk melakukannya, anak merasa tidak dipercaya, merasa bersalah sesudah dipermalukan melalui penilaian, merasa ditolak, dll. Tentu saja kemudian Pesan Aku lebih positif buat anak karena orangtua lebih jujur dengan perasaannya dan tidak menyalahi atau memarahi anak. Yang harus diingat adalah sewaktu menyampaikan pesan ini harus lengkap, jelaskan kepada anak perilakunya tersebut mempunyai efek yang nyata. Karena itu sebuah Pesan Aku yang lengkap harus mengandung (1) uraian tentang perilaku yang tidak dapat diterima, (2) perasaan yang dialami orangtua, (3) efek nyata dan konkret (atau akibat) pada orangtua.

Konfrontasi dengan anak menggunakan Pesan Aku tentu saja tidak selalu menghasilkan perubahan perilaku. Karena itu, jika menghadapi konflik dengan anak, orangtua perlu menggunakan Metode Anti Kalah. Metode ini memungkinkan orangtua dan anak bersama-sama mencari cara pemecahan yang akan memenuhi kebutuhan kedua belah pihak tidak ada pihak yang kalah keduanya menang. Metode ini tidak bersifat memaksa. Metode ini mempengaruhi anak untuk meninggalkan perilaku mereka untuk peduli akan kebutuhan orang lain. Dengan metode ini orangtua tidak perlu lagi menerapkan disiplin (yang lebih menekankan kekuasaan orangtua atas anaknya) karena jika seseorang menggunakan kekuasaan dalam suatu hubungan, pengaruh orang tersebut akan berkurang.

Menjadi orangtua yang efektif itu tidak mudah. Oleh karena itu, orangtua perlu melatih dan membiasakan diri untuk menerapkan metode MOE ini. Pada akhirnya, orangtua perlu kembali mengingat tujuan metode MOE yaitu untuk meningkatkan efektivitas orangtua sebagai ibu atau ayah. Dalam hal ini, yang perlu diingat adalah bahwa anak-anak membutuhkan informasi dari orangtua yang akan memberitahu mereka tentang apakah perilaku mereka dapat diterima atau tidak. Jika tidak dapat diterima, anak-anak mungkin ingin mengusahakan suatu perubahan seperlunya sampai perilaku mereka dapat diterima mereka lebih suka membatasi sendiri perilaku mereka. Bilamana konflik terjadi, anak-anak ingin berperan serta dalam proses pemecahan masalah sehingga apa pun keputusan yang membatasi perilaku mereka dapat diterima oleh mereka sendiri.

(dicopy dari situs YKAI)

0 comments:

Post a Comment